Profil Desa Pepe

Ketahui informasi secara rinci Desa Pepe mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Pepe

Tentang Kami

Profil Desa Pepe, Pituruh, Purworejo. Mengupas filosofi nama `Pepe` (menjemur), potensi agraris, demografi, tata kelola pemerintahan, dan budaya masyarakat. Informasi faktual dari lumbung pangan Purworejo.

  • Filosofi Nama `Pepe`

    Namanya mencerminkan identitas historis sebagai pusat kegiatan pascapanen dan simbol kerja keras masyarakat agraris.

  • Lumbung Pangan Produktif

    Merupakan salah satu desa andalan di Kecamatan Pituruh dengan lahan sawah subur yang dikelola secara intensif.

  • Modal Sosial yang Kuat

    Semangat gotong royong dan kebersamaan menjadi pilar utama dalam dinamika kehidupan sosial dan pembangunan desa.

XM Broker

Terletak di hamparan subur Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo, Desa Pepe hadir dengan nama yang sederhana namun sarat makna. Nama "Pepe" yang dalam bahasa Jawa berarti "menjemur", mengisyaratkan sebuah warisan sejarah dan budaya yang erat kaitannya dengan aktivitas agraris. Desa ini bukan hanya sekadar entitas geografis, melainkan sebuah komunitas yang denyut nadinya berdetak seirama dengan siklus tanam dan panen, serta diwarnai oleh semangat kerja keras yang terpatri dalam namanya.

Kondisi Geografis dan Tinjauan Demografis

Desa Pepe menempati lokasi strategis di wilayah Kecamatan Pituruh, dengan kontur tanah yang relatif datar dan subur, menjadikannya sangat ideal untuk pertanian sawah. Berdasarkan data administrasi dan pemetaan wilayah, Desa Pepe memiliki luas total sekitar 108,35 hektare (1,08 km²). Sebagian besar dari luas tersebut merupakan lahan pertanian produktif, khususnya sawah beririgasi yang menjadi tulang punggung ekonomi desa.Secara administratif, Desa Pepe memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

  • Sebelah Utara: Berbatasan dengan Desa Kalimati

  • Sebelah Timur: Berbatasan dengan Desa Girigondo

  • Sebelah Selatan: Berbatasan dengan Desa Prapag Lor

  • Sebelah Barat: Berbatasan dengan Desa Ngampel

Menurut data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Purworejo dalam publikasi "Kecamatan Pituruh dalam Angka", jumlah penduduk Desa Pepe tercatat sebanyak 1.706 jiwa. Dengan luas wilayah tersebut, tingkat kepadatan penduduk desa ini mencapai sekitar 1.575 jiwa per kilometer persegi. Angka kepadatan yang tinggi ini menunjukkan sebuah permukiman yang mapan dan dinamis, dengan mayoritas penduduknya berada pada usia produktif yang berkecimpung dalam sektor pertanian dan usaha-usaha turunannya.

Etimologi dan Jejak Sejarah di Balik Nama `Pepe`

Nama sebuah tempat seringkali merupakan cerminan dari sejarah, kondisi alam, atau aktivitas dominan masyarakatnya di masa lalu. Hal ini sangat relevan dengan Desa Pepe. Kata "Pepe" dalam bahasa Jawa memiliki arti menjemur, sebuah aktivitas krusial dalam proses pascapanen, terutama untuk mengeringkan gabah (padi), palawija, atau hasil bumi lainnya sebelum disimpan atau digiling.Menurut cerita tutur yang diwariskan dari generasi ke generasi, nama Desa Pepe diduga kuat berasal dari fungsi historis wilayah ini sebagai pusat kegiatan penjemuran hasil panen. Pada zaman dahulu, lokasi ini kemungkinan besar merupakan area terbuka yang strategis, di mana para petani dari desa itu sendiri maupun dari wilayah sekitarnya berkumpul untuk mengeringkan hasil jerih payah mereka di bawah sinar matahari. Aktivitas yang begitu dominan dan menjadi ciri khas inilah yang pada akhirnya melekat dan menjadi nama resmi desa tersebut.Lebih dari sekadar asal-usul nama, filosofi "Pepe" juga dapat dimaknai sebagai simbol kerja keras, kesabaran dan ketekunan. Proses menjemur membutuhkan ketelatenan untuk memastikan hasil panen kering sempurna dan berkualitas baik. Semangat inilah yang diyakini mendarah daging dalam etos kerja masyarakat Desa Pepe hingga hari ini, yakni sebuah komunitas yang ulet dan tidak kenal lelah dalam mengolah tanah demi keberlangsungan hidup.

Perekonomian Desa: Dari Sawah Hingga Usaha Rumahan

Sektor pertanian merupakan fondasi utama yang menyokong perekonomian Desa Pepe. Lahan sawah yang subur dan didukung oleh jaringan irigasi yang relatif baik memungkinkan para petani untuk menanam padi dua hingga tiga kali setahun. Padi tidak hanya menjadi sumber pangan utama bagi warga, tetapi juga komoditas andalan yang hasilnya dijual untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Keberhasilan sektor ini sangat ditopang oleh peran aktif kelompok-kelompok tani dalam mengelola sumber daya dan mengadopsi praktik pertanian yang baik.Selain padi, petani di Desa Pepe juga menanam berbagai jenis tanaman palawija seperti jagung dan kedelai, terutama saat musim kemarau. Diversifikasi tanaman ini merupakan strategi cerdas untuk menjaga kesuburan tanah, memutus siklus hama penyakit, dan memberikan sumber pendapatan alternatif bagi petani.Aktivitas pascapanen, sejalan dengan nama desa, juga menjadi bagian penting dari rantai ekonomi. Meskipun kini banyak yang menggunakan mesin pengering, praktik penjemuran secara tradisional masih dapat ditemui. Proses ini berlanjut ke penggilingan padi, di mana beberapa warga memiliki usaha penggilingan skala kecil yang melayani kebutuhan petani lokal.Di luar sektor pertanian, perekonomian desa juga didukung oleh usaha peternakan skala rumah tangga, seperti pemeliharaan kambing dan unggas, serta tumbuhnya Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). UMKM yang ada umumnya bergerak di bidang perdagangan (warung kelontong), kuliner (produksi makanan ringan), dan jasa. Keberadaan usaha-usaha ini membantu menggerakkan roda perekonomian lokal dan menyediakan lapangan kerja di luar sektor pertanian.

Roda Pemerintahan dan Arah Pembangunan

Pemerintahan Desa Pepe dijalankan secara profesional oleh Kepala Desa dan jajaran perangkat desa, dengan prinsip transparansi dan partisipasi publik. Pemerintah Desa (Pemdes) bekerja sama dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam merumuskan kebijakan dan program pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.Melalui forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes), warga dilibatkan secara aktif untuk menentukan prioritas penggunaan Dana Desa (DD) dan sumber pendapatan desa lainnya. Arah pembangunan dalam beberapa tahun terakhir konsisten berfokus pada penguatan infrastruktur penunjang pertanian, seperti perbaikan saluran irigasi, pembangunan jalan usaha tani, dan penyediaan fasilitas pascapanen komunal seperti lantai jemur. Selain itu, pembangunan infrastruktur dasar seperti perbaikan jalan lingkungan dan drainase juga terus dilakukan untuk meningkatkan kenyamanan dan kualitas hidup warga."Prioritas kami adalah memastikan infrastruktur pertanian berfungsi optimal, karena di situlah sumber kehidupan mayoritas warga kami. Jalan yang baik dan irigasi yang lancar akan berdampak langsung pada peningkatan hasil panen dan pendapatan petani," ungkap seorang perwakilan pemerintah desa dalam sebuah kesempatan.

Kehidupan Sosial-Budaya dan Nilai Kebersamaan

Masyarakat Desa Pepe dikenal memiliki ikatan sosial yang kuat dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan. Semangat guyub rukun dan gotong royong menjadi landasan dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai kegiatan yang melibatkan partisipasi warga, seperti kerja bakti membersihkan lingkungan, memperbaiki fasilitas umum, atau membantu tetangga yang sedang berduka maupun berbahagia, merupakan pemandangan yang lazim.Kehidupan religius yang didominasi oleh ajaran Islam turut mewarnai dinamika sosial. Masjid dan musala tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat pembinaan umat dan kegiatan sosial. Acara-acara keagamaan seperti pengajian rutin, peringatan Maulid Nabi, atau perayaan Idul Fitri dan Idul Adha selalu menjadi momen untuk mempererat silaturahmi antarwarga.Dalam hal tradisi, masyarakat masih melestarikan beberapa upacara adat yang berkaitan dengan siklus pertanian, seperti sedekah bumi atau syukuran panen sebagai wujud terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil bumi yang melimpah. Tradisi ini menjadi sarana untuk menjaga kearifan lokal sekaligus memperkuat kohesi sosial.

Tantangan Zaman dan Peluang di Masa Depan

Di tengah dinamika zaman, Desa Pepe menghadapi serangkaian tantangan yang perlu diatasi. Salah satu tantangan utama adalah regenerasi petani, di mana generasi muda cenderung lebih tertarik untuk mencari pekerjaan di sektor non-pertanian di perkotaan. Tantangan lain datang dari dampak perubahan iklim yang dapat mengancam stabilitas produksi pertanian serta fluktuasi harga komoditas yang seringkali tidak berpihak kepada petani.Namun di balik tantangan tersebut, terbentang pula berbagai peluang. Potensi untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian sangat besar. Dengan sentuhan inovasi, produk seperti beras dari Pepe dapat dikemas dan diberi merek (branding) dengan menonjolkan cerita unik di balik nama desa, sehingga memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Pengembangan UMKM di bidang pengolahan hasil pertanian juga menjadi peluang emas untuk menciptakan diversifikasi ekonomi.Pengenalan teknologi pertanian modern, seperti penggunaan mesin pengering (oven/dryer) bertenaga surya atau listrik, dapat menjadi solusi untuk mengatasi kendala cuaca saat musim hujan, sejalan dengan semangat "Pepe" dalam konteks modern. Pemberdayaan anak muda melalui program wirausaha agribisnis juga dapat menjadi kunci untuk memastikan sektor pertanian di desa ini tetap hidup dan berkembang.Penutup Desa Pepe adalah bukti bahwa sebuah nama dapat menyimpan identitas dan filosofi yang mendalam. Lebih dari sekadar komunitas agraris, Pepe adalah simbol ketekunan, kerja keras, dan penghargaan terhadap seluruh proses pertanian dari hulu hingga hilir. Dengan fondasi pertanian yang solid, modal sosial yang kuat, dan semangat untuk terus beradaptasi, Desa Pepe memiliki potensi besar untuk tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang menjadi desa yang maju, mandiri, dan sejahtera, sambil terus menjaga warisan nilai yang terpatri dalam namanya.